Selasa, 28 Juli 2009

PENGENALAN AGAMA PADA DUNIA

PENGENALAN AGAMA PADA DUNIA


A. Konsep Agama
Agama adalah sebuah kompas manusia menuju Ilahi. Namun, agama sering mendapatkan halangan karena kelompok ini berada dalam jalan teologi, sebuah mata rantai yang menghubungkan antara ”ada” dan ”tiada” dalam alam bawah sadar. Itu sebabnya, banyak manusia yang sulit untuk menerima adanya jalan agama. Para pemikir, atau yang sering disebut seorang filusuf, (banyak) diantara mereka yang secara terang-terangan menolak kehadiran ajaran agama yang mengenalkan sistim penyembahan terhadap zat tak terlihat ”yang bukan berupa wujud nyata”.
Filusuf-filusuf ini akhirnya melahirkan doktrin-doktrin yang merugikan ajaran agama. Dilain fihak, agama justru dinilai dilahirkan atas doktrin-doktrin tersebut. Mereka (para filusuf) beranggapan, apa yang mereka pikirkan tidak ubahnya dengan apa yang sang ”Pembawa Pesan Tuhan” uraikan kepada umat-umatnya. Hanya saja, mereka memiliki jalan yang berbeda. Jika para filusuf menyuguhkan sistim rasio, tapi sang ”Pembawa Pesan Tuhan” menyuguhkan imbalan dosa-pahala.
Pemikiran-pemikiran yang lebih mengandalkan rasio, berupa pemikiran wajar dan masuk akal adalah benar mengatakan bahwa agama tidak lain adalah rekaan manusia yang hanya menginginkan ketenaran. Sebuah ketingkatan suci-bermartabat-panutan yang menjadikannya nabi dari para pemeluknya, dianggapnya sebagai kodrat manusia yang menginginkan ”keunggulan” diantara mereka. Mungkin saja mereka telah lama dan jenuh berada dalam ruang tertutup yang tidak mendapatkan perhatian diantara sesamanya. Atau bahkan mereka hanya ingin mendapatkan jasa-jasa dalam bidang lain yang bukan berupa ilmu pengetahuan.
Disebutkan dari beberapa agama (atau kaum Atheis mengatakan sebagai kepercayaan) yang menjadi tidak asing bermula dari Musa, Isa, hingga Muhammad. Atau (mungkin) ada yang menyebutkan Adam adalah manusia pertama yang ”seharusnya” menjadi Nabi.
Pemikiran dari pemikir Atheis sangat wajar dan mendekati kebenaran. Bagaimana tidak, sebuah pendapat dan hingga kesepakatan diantara (bukan kelompok Atheis) tidak mendapatkan kesepakatan yang serasi tentang adanya zat ”yang bukan berupa wujud nyata”. Malahan, diantara mereka lebih cenderung mengutamakan agama-agamanya masing-masing dan berebut untuk menafikkan yang cenderung menjatuhkan satu sama lain.
Rene Descartes mengatakan, ”Cogito ergo sum” – ”aku berpikir, maka aku ada”. Satu pernyataan yang cukup mewakili banyak pemikir untuk beralih menuju ”tidak bertuhan”, atau diantaranya untuk lebih memilih tidak membahas Tuhan (meski mereka ada yang bertuhan dan tidak).
Pembatasan antara dua dunia, antara di bawah alam sadar/roh dan wujud dari materi sering menjadi topik hangat. Hal ini sebenarnya adalah hal yang bahkan dapat dikatakan basi jika membahasnya kembali. Namun, dari pemikiran-pemikiran ini (yang menolak tentang ketuhanan —zat ”yang bukan berupa wujud nyata”), sedikit demi sedikit akan membuka wawasan dan wacana manusia dikemudian hari tentang adanya kebenaran.
Agama, suatu kepercayaan mistis, sering pula dijadikan senjata ampuh bagi manusia untuk melakukan kejahatan. Hal ini bukan berarti mengutuk agama sebagai ”hal” yang tidak patut dipercaya, namun lebih memperhatikan manusianya dalam menanggapi dan menjalankan prosesi keagamaan tersebut.
Perlu diingat, agama sebenarnya adalah merupakan suatu kelompok atau organisasi yang membentuk sebuah format keyakinan terhadap kitab suci, sang ”Pembawa Pesan Tuhan”, dan tentunya Tuhan itu sendiri. Oleh karenanya, jika agama sudah menjadi bagian dari keegoan, maka fungsi dari agama tersebut sudah tidak berarti. Maka hal yang demikian akan sulit menentukan kepercayaan yang sebenarnya dan buatan manusia.
Dalam menyikapi hal yang demikian, David Hume membagi agama ke dalam dua keyakinan, yaitu agama rakyat dan agama natural.
Agama Rakyat: Suatu kepercayaan yang datang dari luar dirinya yang kemudian di format/di wadahi. Agama rakyat ini pada akhirnya akan menjadi sebuah kultur keagamaan gusualasis. Maka dengan kata lain, agama ini lebih merujuk kepada sebuah teologi yang dianut oleh manusia secara turun temurun dari orang tua, keluarga, masyarakat setempat, dan atau organisasi-organisasi tertentu.
Agama Natural: dapat pula disebut sebagai agama alam. Agama ini lebih merujuk kepada suatu aliran kepercayaan yang terjadi dalam potensial riligiusitas pada masing-masing individu/manusia. Konsep ini berasal dari kesadaran dan pengakuan yang muncul dalam kalbu atau hati kecil tentang kekerdilan manusia dan keagungan serta kekuasaan di luar dirinya yang supranatural. Dalam hal ini, sesuatu yang dianggapnya supranatural dapat berupa zat ”yang bukan berupa wujud nyata” yang tidak dapat dihitung secara rasio seperti yang diungkapkan oleh pemikir barat Atheis. Hal ini merujuk untuk Tuhan, Dewa, Sang Hyang Widhi, dan sebagainya
Agama, sebagai wujud aslinya adalah sebagai perjuangan teologi murni yang dimana hanya memperjuangkan kepentingan keagamaan dan menolak segala kepercayaan akan berhala, baik berupa Politheisme (menyembah banyak Tuhan/Dewa —Hindhu) maupun Monotheisme (menyembah hanya satu Tuhan). Selain itu, keagamaan difungsikan khususnya kepada kaum-kaum Atheis.
KH. Agus Miftach mengungkapkan pendapatnya bahwa agama-agama bisa saja timbul tenggelam, karena agama adalah bagian dari peradaban manusia, akan senantiasa mencari bentuk yang lebih maju. Pada dasarnya agama adalah duniawi sebagaimana ideologi sosial, tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan peradaban sejak 6500 th yang lalu hingga masa mainstream ideologi sosial dewasa ini. Suatu peradaban agama bisa saja berakhir seperti agama-agama purba dan muncul agama-agama baru yang lebih modern dan seterusnya hingga masa sekarang.
Agama sendiri, secara tidak sadar, yang hingga kini dipercayai sebagian besar orang berawal ketika Hindhu mulai menyebar ke seluruh belahan dunia. Hindhu dipercaya sebagai agama tertua yang menjadi cikal bakal maraknya agama-agama baru dunia. Hindhu sendiri menawarkan sistim Politheisme.
Hindhu, sebagai agama tertua, menawarkan lebih dari 330 juta dewa yang dipuja. Namun demikian tidak dapat dipastikan dengan jelas kapan dan dimana agama ini pertama kali muncul. Sebagian pendapat beranggapan bahwa Hindhu pertama kali muncul di tanah India, bahkan ada pula yang mengatakan di Pakistan. Tentang kapan Hindhu mulai diciptakan, juga tidak mendapatkan kesepakan bersama diantaranya, namun dalam catatan sejarah, Hindhu dapat dikatakan lahir pada sekitaran 3500 SM – 1200 SM.
Namun pendapat lain mengatakan bahwa agama tertua adalah agama Aria yang dimulai pada 4500 SM. KH. Agus Miftach pun mengelompokkan kedalam 3 golongan agama sesuai dengan peradaban zamannya, yaitu peradaban agama Aria, peradaban agama Tiongkok (3000 SM) dan peradaban agama Semit (2100 SM).
Agama yang difungsikan sebagai perjuangan teologi murni selalu mendapat ganjalan dari kaum-kaum Atheis yang beranggapan bahwa Tuhan sebenarnya tidak ada. Tidak hanya itu, mereka selalu mengait-kaitkan bahwa pengajaran teologi hanya untuk kepentingan politik saja. Itu sebabnya mereka (kaum Atheis dan filosof Yunani) menolak dengan kehadiran mereka.
Sebagai konsep dasar agama yang lainnya adalah dijadikannya agama sebagai komoditas politik. Dengan adanya pengarahan agama terhadap politik, maka agama pun terbagi menjadi dua kelompok yang berbeda, kelompok menengah-atas dan menengah-bawah, yaitu kaum elit politik-organisasi keagamaan-pribadi.
Kelompok menengah-atas, yang dikuasai kaum elit politik dan organisasi besar keagamaan, pada akhirnya menjual agamanya demi kepentingan ”tersembunyi” yang pada akhirnya menjadikan agama bukan sebagai perantara ”manusia-Tuhan” melainkan sebagai pekerjaan rutin sehari-hari seperti makan, minum, mandi, dan sebagainya. Dalam kelompok ini, tidak sedikit kasus yang membuat dunia tercengang tentang adanya doktrin pembenaran berjalan dalam agama Tuhan dalam merebut satu kekuasaan atas kelompok lain.
Sebuah kasus manipulasi agama mungkin sudah banyak didengarkan dengan terlibatnya komunitas keagamaan dengan politik seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Namun, bagaimana dengan kemajuan teknologi? Salah satu yang dianggap riskan adalah hal tersebut. Kemajauan pengetahuan, meski juga memajukan individunya, justru dinilai merugikan beberapa komunitas agama tertentu. Sebut saja beberapa kasus tersebut meliputi: program KB (Keluarga Berencana) yang membatasi banyaknya keturunan-keturunan bagi sebuah keluarga, operasi ganti kelamin bagi yang menghendaki, cloning manusia, transplatasi organ, dan sebaginya.
Agama, Nabi, dan Tuhan memang sulit untuk dijabarkan bagi mereka yang tidak mempercayainya. Mereka, bagaimanapun juga tidak akan setuju dengan kehadiran Tuhan. Sehingga menjadi sebuah tugas berat bagi kaum agamawan untuk membuktikan kebenaran-kebenarana Ilahi yang mereka peroleh dengan kepercayaan dan keyakinannya. Meski begitu, sebuah pandangan bebas akan mengotakkan agama dalam beberapa sifat yang terlekat pada kaum agamawan sendiri. Beberapa sifat-sifat tersebut dapat digolongkan menjadi:
1. Eksklusif; mengagungkan sistim kepercayaan sendiri, menonjolkan hak pribadi agamanya, menyebarkan agamanya dan selalu merasa haknya selalu terganggu oleh agama lain. Akibat yang akan diterima dari sfat ini adalah Sektarianis (semangat membela agamanya sendiri dan cenderung menyalahkan agama lain), Perang Suci (Paus Urban II), Terorisme, dan sebagainya.
2. Apologetic; mempertahankan doktrim, menunjukkan konsistensi dan menonjolkan doktrimnya, serta bagi keegoisannya sebagai individu personal. Sifat inipun pada akhirnya akan menimbulkan sikap sektarianisme dan sebainya.
3. Sinkreatik; sifat yang mengakui atas keberagaman. Hanya saja sifat ini akan menimbulkan beberapa sikap yang pada akhirnya akan menimbulkan beberapa sekte-sekte dan kepercayaan baru. Atas kejadian ini, Jepang menjadi Negara yang mengkonsumsi banyaknya agama-agama baru yang tercipta. Bahkan kini, banyak agama-agama baru yang kembali bermunculan dengan mengatas namakan ”mendapatkan wahyu dari Tuhan”.
4. Inklusif; menegaskan seperioritas kepercayaan sendiri atau menerima agama lain untuk berkembang meski (agama lain) dianggap tidak sempurna.
5. Pluralis; sebuah sifat yang berasal dari inklusif, namun lebih menuju kepada inklusif umum. Yaitu sebuah sifat yang mengakui bahwa kebenaran (agama lain) itu bermacam-macam dan bersikap positip. Sifat ini lebih membuka wawasan dan sadar bahwa tujuan dan fungsi seluruh agama adalah seiring dan tidak saling bertentangan. Saling menghormati perbedaan dan hidup damai dengan agama lain sehingga menciptakan kesolidaritasan social.
Dengan adanya sifat-sifat tersebut, maka banyak bermunculan agama-agama baru pada akhir-akhir ini. Namun, bagaimanakah sebuah agama baru tersebut bermunculan? Lantas, bagaimana pula awal dari pembentukan agama ini?

B. Awal Pembentukan Agama
Seperti yang disebutkan sebelumnya, banyak orang berpendapat bahwa Hindhu merupakan agama yang tertua. Agama Hindhu diyakini telah ada semenjak orang-orang Aria bermigrasi menuju lembah Indus yang kemudian menyebar ke dataran sungai Gangga dan melintasi India. Ajaran-ajaran yang mereka bawa merupakan ajaran masyarakat Iran.
Dalam ajaran agama Aria, diajarkan tentang adanya tuhan tertinggi yang disebut Dyaus Pytr dan Perdana Menterinya yang operasional disebut Dewa Indra. Dewa Indra adalah dewa perang yang memimpin rejim dewa-dewa. Dalam agama ini dikembangkan dikemudian hari dengan datangnya Zoroaster, yang dikenal sebagai seorang Nabi dari Iran dengan ajaran barunya, Zoroatrianisme.
Zoroaster membawa kebudayaan baru bagi kepercayaan-kepercayaan lama yang masih berbau mistis dengan cara menyembah berhala dan arwah nenek moyang. Kebudayaan yang dibawanya adalah berupa kebudayaan agraris dan kehidupan setelah kematian.
Jika Zoroaster dianggap sebagai Nabi yang pertama kali mengajarkan keagamaan dengan satu Tahun, maka tidak bagi Islam. Dalam ajaran Islam, Adam dinyatakan sebagai manusia yang pertama yang diturunkan dari surga Tuhan. Adam menjadikan alam sebagai tempatnya menjalankan sebuah rantai kehidupan dan Tuhan adalah penciptanya. Itu sebabnya, Adam pun mengakui adanya satu Tuhan.
Namun demikian, tidak diketahui dengan jelas kapan Adam diturunkan di bumi. Itu sebabnya banyak ilmuwan-ilmuwan yang mengatakan bahwa manusia berasal dari kera. Sudah jelas bahwa pendapat ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang berpendapat bahwa adamlah manusia pertama. Selain itu, sulit pula untuk menentukan kapan agama mulai diciptakan.
Meski agama Aria yang telah ada sejak 4500 SM dapat dikatakan sebagai agama pertama, namun tidak dijelaskan dengan pasti pokok ajarannya. Itu sebabnya, sesuai dengan alur penyebaran agama Aria, maka Hindhu dapat dikatakan sebagai agama pertama yang hingga kini masih memiliki banyak pengikut. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dalam penyebaran agama Aria, disebutkan bahwa bangsa Aria telah melakukan migrasi hingga ke lembah Indus dan menyebar ke dataran sungai Gangga hingga India.
Jika demikian, bagaimana dengan ajaran Adam yang menawarkan konsep ketuhanan Allah Swt sebagai satu-satunya Tuhan baginya dan umat sesudahnya. Dalam pokok ajaran Islam dijelaskan dalam Al-Quran bahwa memang Adam sebagai manusia pertama dan meyakini Allah Swt sebagai Tuhannya. Perhatikan ayat berikut ini:
Ingatlah, ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: ”Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam menjadi khalifah di muka bumi.” Para Malaikat bertanya: ”Mengapa Engkau hendak menempatkan di permukaan bumi orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah, sedang kami senantiasa bertasbih memuji dan menyucikan-Mu?” Allah berfirman: ”Sesungguhnya Aku mengetahui apa-apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al Baqarah: 30)
Kami berfirman: Hai Adam! Diamlah di Surga ini beserta istrimu Hawa, dan makanlah makanan-makanannya sepuas hati kalian, namun janganlah kalian dekati pohon ini (pohon yang dilarang Allah Swt.), nanti kalian terbilang orang-orang yang zalim. Lalu keduanya didaya sikut oleh setan dari mengikuti perintah itu sehingga keduanya tersingkir dari tempat dimana mereka telah berada. Kami berfirman: ”Enyahlah kalian semua. Sebagian kalian menjadi musuh bagi yang lain, dan untuk kalian di Bumi itu, ada tempat kediaman dan kesenangan, sampai waktu yang ditentukan. (QS. Al Baqarah: 35-36)
Kami berfirman: ”Berangkatlah kalian semuanya dari Surga ini! Manakalah datang kepada kalian petunjuk-Ku, barangsiapa yang mengikutinya, niscaya mereka tidak akan merasa ketakutan dan dukacita. (QS. Al Baqarah: 38)
Itu sebabnya, bagaimanapun dan apapun pendapat yang telah ada, yang tidak menyebutkan ajaran Islam sebagai ajaran yang pertama, adalah tidak dapat dibenarkan. Terlebih lagi manusia dipercaya sebagai wujud evolusi manusia dari kera. Sedang di sisi lain, manusia adalah makhluk yang dilengkapi dengan kesempurnaan.
Kaum evolusionis menyatakan bahwa manusia dan era berevolusi dari nenek moyang yang sama. Mereka berusaha menunjukkan bahwa manusia dengan nilai-nilai rohani yang luhur setingkat dengan hewan. (Harun Yahya dalam ”Agama Darwinisme”, h. 71)
Sesungguhnya manusia itu telah Kami ciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS. At Tin: 4)
Dari kisah dalam kitab suci Al-Quran tersebut, sudah jelas bahwa manusia bukan berasal dari kera seperti apa yang disebutkan oleh Darwin dalam teori evolisinya, melainkan Allah menciptakannya lebih dari apa yang dimiliki makhluk lainnya. Dan Adam, selain menjadi manusia pertama juga telah mengamalkan seluruh ajaran Allah Swt.

C. Corak Agama & Kepercayaan
Seperti yang disebutkan sebelumnya, agama dan kepercayaan telah terbagi-bagi setelah Adam memiliki banyak keturunan. Terbaginya agama-agama (yang pada akhirnya memiliki banyak perbedaan atas Tuhannya) ini dimulai sejak terbaginya manusia ke dalam dua golongan. Antara baik dan buruk.
Sejarah buruknya sifat manusia sudah dicerminkan sejak manusia itu sendiri diciptakan pertama kali, yaitu Adam dan Hawa (lihat QS. Al Baqarah ayat 35-37). Diceritakan dalam ayat tersebut bahwa Adam dan Hawa telah mengikuti bisikan setan yang hingga akhirnya Adam dan Hawa pun mendapatkan hukuman. Lihatlah pula ayat berikut ini:
Maka kami berfirman: ”Hai Adam! Sesungguhnya iblis ini adalah musuhmu dan musuh istrimu. Karena itu, janganlah sampai dia mengeluarkan kaliand dari Surga ini, nanti kalian menderita sengsara. (QS. Thaaha: 117)
Lalu setan memperdayakan seraya berkata: ”Hai Adam! Maukah engkau kutunjukkan pohon Khuldi, dan sebuah kerajaan yang tidak akan pernah runtuh?” Lalu keduanya Adam dan Hawa memakan buah pohon itu, maka terbukalah kemaluannya, lalu keduanya menutupinya dengan daun-daun kayu Surga. Adam tidak mematuhi pesan Tuhannya, karena itu dia tersesat. (QS. Thaaha: 120-121)
Jika Adam dan Hawa telah diyakini menjadi sepasang manusia yang telah lalai dalam mengemban tugas Allah, lain lagi bagi keturunannya, Qabil dan Habil. Kisah tentang keduanya ini dipercaya sebagai peristiwa kriminalitas (pembunuhan) pertama yang terjadi dalam bumi, sehingga manusia memang telah terbagi dalam dua golongan sejak dimulainya peradaban manusia. Terlebih lagi, kasus pembunuhan yang pertama ini melibatkan saudaranya sendiri.
Ceritakanlah kepada mereka kisah yang sebenarnya tentang peristiwa dua putra adam, tepatnya Habil dan Qabil, ketika masing-masing mempersembahkan kurban. Kurban dari salah seorang diantara keduanya, tepatnya Habil, diterima, sedang dari yang lain ditolak oleh Tuhan. Qabil berkata: ”Aku pasti akan membunuhmu!” Jawab Habil: ”Sesungguhnya kurban yang akan diterima Allah ialah kurban dari orang-orang yang bertakwa. Demi (Allah) kalau kamu mengacaukan tanganmu untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan mengacaukan tanganku untuk membunuhmu. Karena aku takut kepada Allah, Tuhan semesta alam.”.... Maka meluaplah nafsu Qabil untuk membunuh saudaranya. Lalu dibunuhnya, maka jadilah ia orang yang merugi. (QS. Al Maidah: 27-30)
Seperti yang telah dibahas, manusia pada akhirnya menjadi dua (atau lebih) golongan. Sesuai dengan kodratnya, manusia telah terbagi menjadi lelaki dan wanita. Dan setelah kejadian Qabil-Habil, maka manusia kembali terbagi ke dalam golongan baik dan buruk. Itu sebabnya, peradaban yang terjadi semakin meluas dan melahirkan beberapa peradaban yang berbeda. Hal ini tidak luput akibat migrasi yang dilakukan oleh keturunan Adam-Hawa setelah beranak turun banyak. Berikut akan dijabarkan satu persatu ayat yang menyatakan rangkaian manusia akan perkembangannya dan budayanya.
Manusia dibedakan dalam dua golongan, lelaki dan wanita, yang kemudian mendapatkan keturunan:
Hai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari satu diri yaitu Adam, dan diri padanya Allah menciptakan istrinya yaitu Hawa. Dan dari keduanya Allah mengembang-biakkan banyak lelaki dan perempuan. Bertakwalah kepada Allah dimana kalian saling pinta meminta sesame kalian dengan mempergunakan nama-Nya, lagi pula peliharalah hubungan kasih sayang antara kalian. Sesungguhnya Allah itu adalah pengawas kalian. (QS. An Nisa: 1)
Manusia terbagi menjadi dua (lebih dari dua) golongan, antara yang baik dan yang buruk:
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya. Dan kami lebih dekat kepadanya dari urat nadinya. Ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya: yang seorang berada di sebelah kanan dan yang lain berada di sebelah kiri. (QS. Qaaf: 16-17)
Justru itu arahkanlah wawasanmu kepada agama yang lurus ini, sebelum datang suatu masa yang telah ditetapkan oleh Allah dan tak dapat ditolak! Pada masa itu manusia terpecah dalam dua golongan. (QS. Ar Rum: 43)
Pada hari terjadinya kiamat itu, saat itulah terpecahnya manusia menjadi dua golongan. Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat baik, mereka berada di Taman Surga bersuka ria. Adapun orang-orang yang mengingkari keimanan pada keesaan Tuhan, serta mendustakan ayat-ayat Kami dan mendustakan hari akhir, mereka senantiasa berada di tengah-tengah siksaan. (QS. Ar Rum: 16)
Kamu menjadi tiga golongan. Golongan kanan. Bagaimana hakikatnya orang-orang golongan kanan itu? Golongan kiri. Bagaimana hakikatnya orang-orang golongan kiri itu?.... Golongan ketiga itu terdiri dari sebagian besar orang-orang purbakala (umat Nabi sebelum Nabi Muhammad) dan sebagian orang-orang yang belakangan (umat Nabi Muhammad). (QS. Al Waqiah: 7-14)
Golongan kanan. Apa golongan kanan itu? Mereka menempati Surga, yang di sana ada pohon bidara tak berduri,... Golongan kiri. Apa golongan kiri itu? Mereka disiksa dalam Neraka, dalam hembusan angina panas, dalam gelagak air mendidih,… dan selalu mengerjakan dosa besar. (QS. Al Waqiah: 27-46)
Manusia terbagi dalam berbagai golongan dalam peradaban-peradaban beraneka macam:
Hai manusia! Kami menciptakanmu dari seorang lelaki dan seorang perempuan. Lalu Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Yang teramat mulia di antaramu di sisi Allah, ialah orang yang lebih bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Mengenal. (QS. Al Hujarat: 13)
Itu sebabnya, manusia kini telah terbagi dalam kelompok-kelompoknya dan menempati daerah-daerah yang telah disediakan oleh Allah Swt. Bahkan di sisi lain, Allah juga telah menurunkan Rasulnya sesuai dengan peradaban dan kebutuhannya. Dan seandainya diantara dari manusia yang tidak mempercayainya, maka bagaimana mereka membantah perihal tersebut? Sedangkan sejarah sangat mahal dibandingkan dengan ucapan-ucapan isapan jempol belaka seperti yang diucapkan para kaum Atheis, yang hanya mengandalkan prinsip Rene Descartes, ”Cogito ergo sum” – ”Aku berpikir, maka aku ada”. Bahkan mereka tidak segan-segan mengatakan bahwa ayat yang dibawa sang Nabi adalah karangan pembawanya saja. Berikut adalah ayat-ayat yang membenarkan adanya keaslian ayat-ayat Tuhan dan para Nabi/Rasulnya dalam berbagai peradaban.
Tidaklah mungkin Al-Quran ini dibuat-buat saja oleh siapapun selain Allah. Bahkan Ia membenarkan kitab-kitab wahyu yang sebelumnya dan lebih memperjelas lagi hokum-hukum yang telah disyariatkan di dalamnya. Tidak ada keragu-raguan dalam isinya, betul-betul datangnya dari Tuhan semesta alam. (QS. Yunus: 37)
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul kepada tiap-tiap umat untuk menyampaikan seruan: ”Sembahlah Allah, dan jauhilah Thagut (selain Allah). Diantara umat itu ada yang mendapat petunjuk Allah, dan ada pula yang kukuh dalam kesesatan. Cobalah mengembaraa di persada bumi, dan perhatikanlah bagaimana akibatnya orang yang mendustakan Rasul. (QS. An Nahl: 36)
Kami tidak pernah mengutus seorang Rasulpun, kecuali dengan bahasa bangsanya sendiri, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan mudah terhadap mereka. Namun, Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya, dan menunjuki orang-orang yang dikehendaki-Nya pula. Dialah yang Maha Kuasa dan Bijaksana. (QS. Ibrahim: 4)
Dengan adanya penyebaran dan perluasan daerah migrasi oleh (yang awalnya hanya dua orang saja) Adam dan Hawa menjadi sebuah kelompok menuju perkenalan peradaban dunia yang bermacam-macam.
Dari itu pulalah, banyak sekelompok manusia dari pengikut sebelum Nabi Muhammad yang awalnya sebagai pengikut di jalan Allah, kemudian menjadikan ajaran Nabinya sebagai ajaran yang terbaik (sehingga pada akhirnya menolak ajaran dari Nabi baru yang diturunkan Allah untuk meluruskan jalannya). Bahkan, tidak jarang diantara mereka ada yang menjadikan Nabinya sebagai Tuhannya.
Perihal ajaran agama yang menolak dengan adanya ajaran baru (sebagai pelurus) berawal ketika Yahudi menolak kehadirian Isa sebagai ajarannya yang telah diluruskan. Bukan hanya itu saja, bahkan pengikut Isa pun (yang tergolong dalam kelompok ajaran Nasrani) menolak adanya Muhammad sebagai Nabi selanjutnya yang meluruskan ajaran-ajaran sebelumnya.
Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab Taurat kepada Musa lalu Kami iringi sesudahnya dengan beberapa orang Rasul dan Kami berikan kepada Isa putra Maryam beberapa keterangan-keterangan mukjizat, serta Kami perkuat dia dengan roh suci. Apakah patut setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa pelajaran yang tidak sesuai dengan keinginanmu, lalu kamu berlaku sombong? Yaitu sebagian mereka kamu dustakan seperti Isa dan Muhammad, dan sebagiannya lagi kamu bunuh seperti Zakaria dan Yahya. (QS. Al Baqarah: 87)
Orang-orang Yahudi berkata: ”Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: ”Al-Masih itu putera Allah”. Itulah ucapan yang keluar dari mulut mereka, meniru ucapan orang-orang kafir dahulu kala. Allah mengutuki mereka. Menganggap mereka sampai mengingkari keesaan Tuhan. Mereka mentaati pendeta-pendeta dan paderi-paderinya sebagai Tuhan selain Allah, sementara orang-orang Nasrani menuhankan Al-Masih putera Maryam, Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali menyembah Tuhan yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan kecuali Dia! Maha Suci Tuhan dari apa yang mereka persekutukan. (QS. Bara-ah: 30-31)
Ada pula sebagian lagi dari kalangan ulama mereka yang memutar lidah memutarbalikkan isi Al Kitab dengan maksud supaya kamu menyangka bahwa yang dibacanya itu betul dari Al Kitab. Padahal bukan dari Allah. Begitu berani mereka memuat kebohongan terhadap Allah, padahal mereka mengetahui…. Dan tidak layak pula baginya menyuruhmu mempertuhankan Malaikat dan para Nabi. Apakah patut ia menyuruh kamu menjadi kafir, setelah kamu menganut agama Islam? (QS. Ali Imran: 78-80)
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, yang menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan. Dan banyak pula yang dibiarkan. Sesungguhnya telah datang kepadamu suatu cahaya (Nur/Muhammad) dan satu Kitab yang jelas dan nyata (Al-Quran). (QS. Al Maidah: 15)
Namun, meski telah didatangkan ajaran baru yang menjadi pelurus ajaran lama, banyak diantara mereka yang menolak dan tetap pada ajaran lamanya. Seperti yang disebutkan dalam ayat-ayat sebelumnya, mereka lebih cenderung memutarbalikkan fakta dalam kitabnya. Itu sebabnya, banyak ajaran-ajaran keagamaan yang tersebar di seluruh dunia sesuai ajaran terdahulunya.

D. Awal Penyebaran Ajaran Keagamaan
Sebuah kemajuan pemikiran manusia, telah dibuktikan Adam sesaat setelah diciptakan Allah. Namun demikian, banyak diantaranya yang menyalahgunakan pemikiran mereka kepada sesuatunya yang salah setelah manusia telah mengalami perkembang biakan secara meluas. Para pemikir Yunani dianggap sebagai pahlawan yang dianggap sebagai pencetus pemikiran benar tentang kesalahan dalam ajaran keagamaan. Sehingga, bagi mereka yang tidak mengetahui (atau hanya sebagian mengetahui) dasar-dasar keagamaan akan menerima konsep baru ini yang ditawarkan para pemikir Yunani.
Para pemikir Yunani lebih senang memakai rasio ketimbang mempercayai hal-hal yang tidak berwujud. Padahal, banyak diantara mereka yang menyembah para Dewa. Di sisi lain, Dewa pun tidak berwujud.
Pemujaan Dewa bagi kaum Yunani sebenarnya tidak luput dari cerita-cerita yang terkandung dalam ajaran Hindhu. Meski demikian, mereka masih lebih senang menjatuhkan ajaran keagamaan ketimbang menjatuhkan para Dewanya.
Para pemuja Dewa Yunani nyatanya telah lupa akan sejarah yang mereka keluarkan sebelumnya. Dalam catatan sejarahnya, Dewa Yunani dilahirkan pada abad ke-8 SM oleh Hiseod dalam karyanya yang bertajuk Theogony. Ini menunjukkan bahwa konsep yang pada akhirnya dijadikan sebagai kepercayaan tersebut, jauh setelah agama Hindhu menyebar. Menurut penelitian para sejarahwan dan beberapa data yang dikumpulkan, Hindhu dapat dikatakan telah ada sejak 4500 SM. Namun, seperti sebelumnya dibahas, Hindhu bukanlah ajaran yang pertama. Sudah disebutkan tentang adanya agama Aria sejak 6500 SM.
Seperti yang diungkapkan oleh KH. Agus Miftach, peradaban agama dibagi menjadi 3 periode, yaitu Agama Aria, Tiongkok, dan Semit. Ketiga periode peradaban keagamaan ini menyuguhkan konsep yang berbeda dengan daerah dan masa yang berbeda pula. Jika konsep ajaran agama Aria dan Tiongkok lebih menuju ke ajaran Politheisme (dan Dualisme), maka agama Semit menawarkan konsep Monotheisme. (Baca selanjutnya, ”Para Nabi dan Peradabannya”)
Sebuah peradaban tidak akan ada sebelum manusia menginjakkan kakinya di tempat yang sebagai ”Negara Nabi”. Sebut saja Arab, Irak, Iran, India, China, dan Yerussalem. Di tempat-tempat inilah para Nabi mulai menyebarkan ajaran-ajaran keagamaan. Adapun migrasi yang dilakukan setelah keturunan Adam beranak pinang, mereka menuju ke beberapa titik yang dinilai sangat bersejarah bagi perkembangan agama. Daerah-daerah tersebut meliputi:
1. Timur laut; Migrasi yang dilakukan ini pada akhirnya menuju Irak dan akhirnya menuju Asia dan Amerika.
2. Utara; Jalur migrasi ke Syam yang kemudian diteruskan hingga ke Laut Tengah.
3. Selatan; Jalur migrasi ke Yaman yang kemudian diteruskan hingga ke Afrika dan India.

2 komentar:

  1. Nah2..
    Beginikan mantap..
    Isa berkomen ria..
    Hehehe.. :P

    BalasHapus
  2. Hmm..
    Eksistensi agama dunia..
    Kudu kalem2 bacae yo..
    Panjang bangetz..
    Btw, ini skripsimu bukan doz.. ;)

    BalasHapus