Selasa, 28 Juli 2009

Kerajaan Islam Indonesia

Kekuasaan Islam Indonesia


A. Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Pada awalnya, Indonesia adalah sebuah kepulauan yang banyak berdiri kerajaan-kerajaan yang kemudian menjadi satu wilayah yang kemudian dikenal dengan Nusantara. Adapun daerah ini meliputi Indonesia sendiri, Malaysia, dan Filipina. Sedang pengenalan awal tentang kawasan Nusantara ini sebenarnya tidak luput dari peranan pembesar Islam pada masa sebelum kemerdekaan dan kekuasaan Bani Umayyah sebagai Khalifah. Namun demikian, dengan merdekanya Indonesia telah menjadikan sebuah pekerjaan rutin perihal adanya masalah-masalah yang berhubungan dengan Islam. Beberapa diantaranya adalah banyak berdirinya organisasi-organisasi Islam yang memiliki tujuan agar Indonesia menjadi Negara Islam. Sedang di sisi lain, Indonesia dengan tegas menolak hal ini. Padahal, Nabi Muhammad sendiri tidak pernah menginginkan adanya Negara Islam, melainkan hanya mengislamkan kafir, sedang masalah Negara tersebut menjadi Negara Islam atau tidak, bukanlah sebuah masalah, hanya saja, dasar dari pemerintahan tersebut harus sesuai dengan ajaran Islam.
Mewujudkan masyarakat yang Islam adalah benar di jalan Allah Swt. Namun di sisi lain, banyak organisasi-organisasi Islam Indonesia ini kemudian menyalah artikan tentang konsep dasar Islam yang penuh dengan perdamaian. Mereka selalu saja membawa dalil tentang jihad dengan cara berperang. Itu sebabnya, Islam kemudian (pernah) disebut sebagai sarang terorisme.
Tentang kebenaran Islam sebagai sarang terorisme, tentu saja sangat salah, terlebih lagi Indonesia adalah Negara yang terbesar penganut Islamnya. Dan tentu saja, meski banyak organisasi Islam di Indonesia yang memiliki konsep berumah tangga yang berbeda, pada dasarnya mereka memiliki persamaan. Yaitu sesuai dengan rukun Islam yang lima.
Membahas Islam di Indonesia adalah hal yang sudah sering diangkat. Namun demikian, banyak kalangan yang salah tafsir dengan menyebutkan Wali Songo adalah penyebar Islam pertama kali pada abad ke-9 H atau lebih tepatnya sekitar tahun 920 H/1514 M. Sedang Islam sendiri telah dikenalkan di Indonesia sejak tahun 674 M.
Sejarah penyebaran Islam ini dimulai pada tahun 30 H/651 M, yaitu ketika Khalifah Utsman mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Islam. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Dan setelah masa kepemimpinan Utsman selesai, tepatnya tahun 674, masa kepemimpinan Bani Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang muslim terus berdatangan. Para pedagang tersebut membeli hasil bumi dari negeri ini sekaligus mengenalkan Islam dengan cara berdakwah. Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran.
Adapun Aceh adalah daerah yang pertama kali menerima Islam, daerah ini terletak paling barat dari Kepulauan Nusantara. Itu sebabnya, Aceh dipercaya sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia, tepatnya kerajaan Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 1292 M, diketahui bahwa telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, yaitu seorang pengembara muslim dari Maghribi (Maladewa, Samudera Hindia) ketika singgah di Aceh tahun 1345 M menyebutkan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi’i.
Sedang peninggalan tertua dari kaum muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat pula di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H/1082 M, yaitu bertepatan pada jaman Kerajaan Singasari. Sedang Gresik sendiri tidak dapat menjelaskan secara pasti perihal tahun kematian Fathimah binti Maimun ini. Hal ini dikarenakan biasnya J.P. Moquette dalam membaca 475 dengan sebutan angka 495 yang berarti, tahun 495 H adalah tahun 1102 pada tahun masehi. Sedang bukti lain yang terdapat pada Gresik adalah sebuah Prasti Batu Nisan Leran yang menanggalkan sama. Sebuah bukti lain lagi dihadirkan dengan keterangan dari Banun Mansur, seorang budayawan ahli Gresik yang menyebutkan bahwa Gresik merupakan kota perniagaan yang sarat akan lalu lintas perdagangan. Sedang seperti yang disebutkan sebelumnya, Utsman telah mengirim ekspedisinya untuk melakukan perdagangan pada tahun 674. Hal ini tentu saja tidak akan melewatkan Gresik. Sedang Gresik yang diyakini sebagai kota perniagaan dimulai runtuhnya kekuasaan Airlangga pada tahun 1049.
Meski Islam sendiri telah lama dikenalkan di Indonesia, yaitu antara tahun 674-1082, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal pada abad ke-9 H/14 M, yaitu bekisaran tahun 1514. Para pakar sejarah berpendapat bahwa Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 Masehi antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, yaitu tidak dengan pedang dan tidak pula dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai jalan perdamaian.

B. Kerajaan Islam Indonesia
Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke-17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah (terutama Belanda) menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Lantaran dengan peraturan yang demikian, maka terputuslah hubungan umat Islam Nusantara dengan umat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan umat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.
Berikut adalah daerah-daerah yang diyakini sebagai daerah tertua dalam penyebaran Islam di Indonesia.

1. Malaka
Seperti di Aceh, Malaka menjadi salah satu kerajaan Islam Indonesia tertua. Hanya saja, penyebaran saat itu melalui perdagangan tidak secara pasti antara Aceh atau Malaka, sedang perdagangan yang terjadi saat itu berada di utara Sumatera, yaitu pada tahun 674.
Malaka kemudian mengenal Islam dan memperkenalkan Islam pada saat pangeran Iskandar Syah menjadi Islam. Dalam pemerintahannya, Islam kemudian meluas hingga Semenanjung Melayu dan Sumatera itu sendiri. Sedang Islam yang dipeluknya sekitar tahun 1400. Hanya saja, perkembangan Islam di Malaka saat itu mulai runtuh lantaran daerahnya mulai dimasuki Portugis pada tahun 1511.

2. Aceh (Kerajaan Pasai)
Seperti yang disebutkan sebelumnya, pada dasarnya Aceh mengenal Islam sejak tahun 674. Hanya saja, penyebutan tahun 1514 sebagai perkenalan Islam pada awalnya yaitu dikarenakan pada masa inilah seorang sultan pertama Aceh, Ali Mughits Syah dengan jelas menentang Portugis.
Namun demikian, Islam kemudian dengan pesat menyebar hingga menyeluruh Sumatera pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607-1637). Beberapa penyebab mudahnya Islam menyebar pada daerah ini lantaran Sultan Iskandar Muda telah berhasil mengalahkan Portugis. Pada masa penklukan inilah, kemudian Islam juga diperkenalkan. Hanya saja, dengan banyaknya peperangan yang terjadi, keadaan ekonomi pun semakin menurun. Selain tersebut, kekuasaan setelah Sultan Iskandar Muda banyak di tangan seorang ratu yang dalam kepemimpinannya tidak seperti sultan-sultan sebelumnya. Itu sebabnya, penyebaran Islam pun tidak seperti sebelumnya yang sangat pesat, melainkan lebih cenderung disibukkan melawan musuh yang kemudian semakin banyak, diantaranya adalah masuknya Belanda di daerah ini.

3. Gresik
Gresik mungkin terkenal akan Islamnya dengan sunan Giri. Namun demikian, Gresik juga tidak dapat dipisahkan dengan perjalanan Islam lamanya, yaitu dengan penemuan makan Fathimah binti Maimun dan Prasasti Leran. Itu sebabnya, Gresik juga termasuk daerah tertua dalam penyebaran Islam di Indonesia. Sedang penetapan mulai tahun keberapanya, hingga kini masih dalam pencarian.
Sebuah penemuan baru tentang adanya Islam di Gresik menjadi lebih terang ketika diketahui tentang secuil kisah Fathimah binti Maimun. Meski dalam penafsiran kematiannya jauh berbeda, namun demikian, Fathimah binti Maimun juga dipercaya menjadi cucu dari Hibatullah. Sedang Hibatullah sendiri dipercaya sebagai penganut Islam, yaitu dengan tafsiran namanya yang diambil dari nama seorang di Arab. Dengan begitu, tafsiran dengan adanya Islam di Gresik, tentu jauh sebelum tahun kematian Fathimah binti Maimun itu sendiri. Burhanuddin Rasyid dalam bukunya mengatakan yaitu berkisaran tahun 1050.
Sedang Gresik sendiri banyak memperkenalkan sejarah Islam mulai Maulana Malik Ibrahim yang mulai masuk Gresik di daerah Leran pada tahun 1380. Namun, terdapat bukti lainnya yang menunjukkan kedatangan Maulana Malik Ibrahim pada tahun 1368. Sebuah sejarah menarik inilah kemudian menjadikan sebuah rantai bagi pejuang Islam Jawa yang kemudian dikenal dengan wali songo.

4. Demak
Demak semasa penyiaran Islam adalah sebuah kerajaan. Hanya saja, kerajaan ini dinilai sangat singkat. Namun, dengan kesingkatannya tersebut, Islam telah dijadikan sebuah agama yang benar dengan menghadirkan kepada raja-raja yang berkuasa lainnya yang beragama Hindu/Budha.
Pada kekuasaan dan peluasan daerahnya, Demak mulai menyebarkannya pada tahun 1512, yaitu semasa kepemimpinan Raden Patah. Sedang perkembangan Islam sendiri tidak luput dari jasa Patih Yunus atau Sabrang Lor. Pada masa inilah, kekuasaan kerajaan Demak mampu mengambil kekuasaan atas Portugis di Malaka. Adapun pasukan yang dikerahkan saat itu adalah 100 kapal perang dengan 12.000 pasukan.
Meski Islam telah dikenalkan oleh Demak sejak 1512, Islam mulai ramai dianut oleh masyarakat Demak setelah raja ketiganya, yaitu Raden Trenggono, yang juga merupakan putra Raden Patah mulai gencar menyiarkan Islam. Dalam hal penyiaran Islam kepada masyarakatnya, Raden Trenggono juga dibantu oleh Syarif Hidayatullah, seorang ulama Islam yang kedatangannya dari Aceh. Syarif Hidayatullah juga memberinya gelar kerajaan sebagai Sultan Trenggono. Dan dari tangan Syarif Hidayatullah inilah kemudian menjadikan dirinya sebagai salah seorang dari wali songo yang menetap di Cirebon.


5. Cirebon (Kerajaan Banten, Mataram, dan Padang)
Dalam kekuasaan kerajaan Demak, Cirebon adalah wilayah yang dinilai perlu mendapatkan pengajaran Islam. Itu sebab, Raden Trenggono kemudian mengirim Syarif Hidayatullah untuk mengajarkan Islam kepada Cirebon. Hal ini berarti, Cirebon telah menerima Islam semenjak sebelum tahun 1546 yang merupakan tahun kematian Raden Trenggono. Sedang tahun kedatangannya ke Cirebon yang memungkinkan adalah sebelum 1527, yaitu peristiwa takluknya Sunda Kelapa.
Pada masa penyebaran Islam oleh Syarif Hidayatullah inilah kemudian menyebar hingga Jakarta atau pada masa itu dikenal dengan sebutan Sunda Kelapa (yang kemudian menjadi Jayakarta) pada tahun 1527.
Dengan situasi yang tidak memungkinkan, terlebih Sultan Trenggono meninggal, sedang penggantinya (yaitu anaknya sendiri) yang bernama Sultan Prawoto tidak mampu menjaga keutuhan kerajaan Demak. Itu sebab, banyak daerah kekuasaan Demak menyatakan keluar dari kerajaan Demak. Sedang Cirebon masih dalam kekuasaan Syarif Hidayatullah. Mengingat usianya yang telah tua dan tidak mampu memerintah daerahnya, Syarif Hidayatullah pun kemudian menyerahkan tanggung jawabnya kepada putranya yang bernama Hasanuddin pada tahun 1552. Pada tahun inilah kemudian Hasanuddin mendirikan kerajaan baru yang kemudian dinamakan kerajaan Banten dengan gelar kerajaannya sebagai Sultan Hasanuddin.
Sedang kemelut yang terjadi di kerajaan Demak, juga mempengaruhi daerah-daerah yang lainnya, termasuk Kediri (kerajaan Mataram) dan Jepara (kerajaan Padang). Perpecahan daerah ini dimulai ketika pembunuhan besar-besaran terhadap Sultan Prawoto sebagai raja kerajaan Demak dan Bupati Jepara. Pada kasus percobaan pembunuhan besar-besaran terhadap abdi Demak ini, tidak luput pula para menantu dari kerajaan, yaitu Adiwijoyo yang kemudian dikenal sebagai Joko Tingkir. Dengan adanya perpecahan pada kerajaan Demak, Adiwijoyo pun kemudian menjadikan dirinya sebagai Raja Padang dengan daerah kekuasaannya yang tersisa. Sedang pendirian kerajaan Mataram dimulai ketika Kyai Gede Pemanahan berhasil membunuh Ario Penangsang, Adipati Jipang yang telah membunuh mertuanya (Sultan Prawoto) dan beberapa petingginya, termasuk Bupati Jepara. Sebagai balasannya, Adiwijoyo kemudian memberikan daerah kekuasaan kepadanya di Mataram yang kemudian dikenal sebagai Kediri.

6. Makasar (Kerajaan Gowa)
Salah satu daerah tertua dalam Islam Indonesia adalah Makasar. Meski daerah ini terbilang terlambat dalam ajaran Islamnya, namun Islam di Makasar-Sulawesi ini tidak seperti tanah Jawa yang rawan akan pemberontakan antara kerajaan Islam sendiri melawan kerajaan Hindu-Budha, sedang dalam Jawa inilah banyak kerajaan yang makmur. Makasar sendiri diyakini telah menyebarkan Islam semenjak tahun 1667, yaitu masa kesultanan Hasanuddin. Sedang kondisi kerajaan ini adalah melawan Belanda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar