Kamis, 18 Februari 2010

Sekigahara II

Sekigahara
Pertempuran Lain di Berbagai Daerah

Seperti yang diketahui, meski diantara kedua belah pihak memiliki banyak pendukung, namun ada pendukungnya diantara keduanya yang tidak bergabung dalam Pertempuran Sekigahara. Di kubu Tokugawa Ieyasu saja, empat pendukungnya tidak terjun langsung dalam Pertempuran Sekigahara. Diantaranya adalah Maeda Toshinaga, Date Masamune, Katō Kiyomasa, dan Mogami Yoshiaki. Sedang dalam kubu Ishida Mitsunari sendiri yang tidak bergabung dalam Pertempuran Sekigahara salah satunya adalah Mōri Terumoto yang memiliki kekuasaan terbesar di dalam kelompoknya. Selain itu, juga ada Uesugi Kagekatsu, Mashita Nagamori, Satake Yoshinobu, Oda Hidenobu, dan Natsuka Masaie.
Jika masing-masing diantara pendukung Ishida Mitsunari memiliki masalahnya sendiri, tidak dengan Natsuka Masaie yang tidak jelas keberadaannya. Tidak ada catatan sejarah tentang keberadaan Natsuka Masaie ini baik sebelum maupun sesudah Pertempuran Sekigahara berlangsung.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, masing-masing pendukung dua besar pemimpin yang bersiteru tersebut juga memiliki pertempuran sendiri. Berbagai daerah di seluruh Jepang (selain Mino, Sekigahara yang dijadikan pertempuran) seperti di Tohoku, Hokuriku, Kinai, dan Kyushu pun terjadi pertempuran antar daimyō pendukung pasukan Tokugawa Ieyasu dengan pendukung pasukan Ishida Mitsunari.
1. Tohoku
Di daerah ini, masing-masing kubu kedua pemimpin besar tersebut juga terlibat dalam pertempurannya sendiri, terutama kubu Tokugawa Ieyasu yang mengeluarkan banyak pendukungnya untuk melakukan penyerangan awal terhadap kubu Ishida Mitsunari.
Dalam mengawasi pergerakan pasukan Ishida Mitsunari, Tokugawa Ieyasu memberikan perintah kepada Yūki Hideyasu sebagai kekuatan utama dalam mengawasi Uesugi Kagekatsu. Dalam kesempatan ini, Yūki Hideyasu dibantu oleh para daimyō yang mempunyai wilayah yang bertetangga dengan wilayah Uesugi Kagekatsu seperti Mogami Yoshiaki dan Date Masamune serta dibantu pula oleh Hori Hideharu.
Dalam penyerangannya kali ini, Mogami Yoshiaki yang menginginkan wilayah kekuasaan barunya dekat dengan laut, maka bersama dengan Date Masamune, Mogami Yoshiaki pun mengatur rencananya. Namun demikian, seorang bushi[1] pengikut setia klan Uesugi, Naoe Kanetsugu yang mendengar rencana tersebut pun segera menyerang lebih dulu daripada diserang. Bertepatan pada tanggal 9 September 1600, Naoe Kanetsugu yang datang dari arah Yonezawa ini berhasil mendesak masuk ke dalam wilayah Mogami Yoshiaki dan berhasil mengepung Istana Yamagata yang merupakan tempat kediaman Mogami Yoshiaki hanya dalam beberapa hari saja.
Lantaran terdesak, Mogami Yoshiaki yang panik akibat serangan mendadak dari Naoe Kanetsugu pun segera meminta bantuan pasukan kepada Date Masamune. Selain dalam kubu yang sama, pertolongan pada Klan Mogami dianggap perlu karena kehancuran klan Mogami akan membuat Uesugi Kagekatsu menjadi ancaman langsung bagi Date Masamune. Pada tanggal 17 September 1600 Date Masamune menunjuk panglima tertinggi Rusu Masakage untuk menyerang pasukan Naoe Kanetsugu. Selain itu, Date Masamune juga menunjuk Katakura Kagetsuna untuk dapat bergabung dengan Rusu Masakage dan segera menyelesaikan urusan yang terjadi pada Mogami Yoshiaki. Dengan kelelahannya pasukan Naoe Kanetsugu akibat bertempur dengan pasukan Mogami Yoshiaki, pasukan Naoe Kanetsugu pun dapat dengan mudah ditaklukkan di wilayah Yamagata.[2]
Dengan adanya pasukan tambahan dari Date Masamune, pasukan pimpinan Sakenobe Hidetsuna yang berada di pihak Mogami Yoshiaki pun tidak ragu dalam menyerang pasukan Naoe Kanetsugu. Meski pada awalnya pasukan Naoe Kanetsugu mendominasi pertempuran tersebut, Istana Hasedō yang dipertahankan Shimura Mitsuyasu dengan hanya sedikit prajurit pun tidak dapat dikuasai Naoe Kanetsugu. Bahkan setelah Pertempuran Sekigahara diketahui dimenangkan oleh kubu Tokugawa Ieyasu, Naoe Kanetsugu pun segera memerintahkan pasukannya untuk mundur dari medan pertempuran.
Mendengar kabar mundurnya pasukan Naoe Kanetsugu, Mogami Yoshiaki pun kembali memerintahkan pasukannya untuk mengejar balik yang dipimpinnya sendiri. Akibat tidak adanya kesiapan diri, Mogami Yoshiaki pun sempat tertembak dan harus bersusah payah melarikan diri. Sedang pengejaran selanjutnya dipimpin oleh Mogami Yoshiyasu (putra Mogami Yoshiaki). Dengan kecakapan yang dimiliki oleh Naoe Kanetsugu, pada tanggal 4 Oktober 1600 pasukannya berhasil kembali dengan selamat di Istana Yonezawa, istana kekuasaannya.
2. Hokuriku
Tokugawa Ieyasu sangat memperhatikan dengan benar tentang kekuatan lawannya. Salah satu daimyō pendukung Ishida Mitsunari yang dinilai paling berkuasa adalah Uesugi Kagekatsu. Itu sebab, banyak pengikut Tokugawa Ieyasu yang dikirimkan untuk menghancurkan Klan Uesugi ini. Maeda Toshinaga, salah satu pendukung Tokugawa Ieyasu yang merasa harus mendukung penyerangan terhadap Uesugi Kanetsugu ini pun berangkat dari arah Kanazawa pada tanggal 26 Juli 1600.
Dalam perjalananya tersebut, Maeda Toshinaga berhasil menjatuhkan Yamaguchi Munenaga (penjaga Istana Daishōji) pada tanggal 3 Agustus 1600. Selain itu, Istana Kitanojō yang dijaga Aoki Kazunori pun juga berhasil dikepung. Hanya saja, sebelum berhasil menjatuhkan Istana Kitanojō, Ōtani Yoshitsugu segera menyebarkan isu tentang penyerangan pasukan Maeda Toshinaga dari arah belakangnya yang sehingga mampu mengusir mundur pasukan Maeda Toshinaga dengan tanpa perlawanan.
Dengan ambisinya yang sangat besar menjatuhkan kubu Ishida Mitsunari, Maeda Toshinaga tidak langsung kembali ke istananya, melainkan membagi pasukannya menjadi dua bagian. Melihat posisi Istana Komatsu sedang dalam keadaan yang tidak penuh penjagaannya, Maeda Toshinaga bersama pasukan intinya kemudian menyerang istana yang dikuasai oleh Niwa Nagashige yang bertahan di dalam tersebut. Sedang setengahnya dipulangkan untuk memperketat penjagaan istananya.
Dengan keadaan penjagaan yang tidak sempurna, tepat pada tanggal 9 Agustus 1600 pasukan Niwa Nagashige berhasil dihantam dengan mudah yang menjatuhkan banyak korban dan menjadikan Niwa Nagashige menawarkan perdamaian dengan menyerahkan istananya. Salah satu alasan ketidak ikut sertaan Maeda Toshinaga dalam Pertempuran Sekigahara adalah akibat ambisinya dalam menjatuhkan banyak istana daimyō pendukung Ishida Mitsunari yang juga menyita banyak waktu, sehingga terlambat menyusul ke medan Sekigahara dan memilih pulang ke Kanazawa dan menyusun kembali pasukannya pada tanggal 12 September 1600.
3. Kinai
Seperti beberapa kasus yang terjadi sebelumnya, masing-masing pertempuran tentu melibatkan banyak istana para daimyō pendukung atasannya masing-masing. Sedang dalam tragedi wilayah Kinai, akibat pertempuran Tokugawa Ieyasu dan Ishida Mitsunari ini turut melibatkan dua istana besar kekuasan masing-masing pendukung Tokugawa Ieyasu dan Ishida Mitsunari. Kedua istana tersebut adalah Istana Tanabe yang dikuasai oleh Hosokawa Tadaoki (pendukung Tokugawa Ieyasu) dan Istana Ōtsu yang dikuasai oleh Kyōgoku Takatsugu (pendukung Ishida Mitsunari).
Dalam pertempuran yang melibatkan Istana Tanabe, Hosokawa Tadaoki memiliki banyak keuntungan dengan adanya hubungan spesial antara dirinya dengan keluarga kaisar Jepang. Hal ini tentu bukan hal yang asing didengar, sedang Tokugawa Ieyasu sendiri memiliki kedekatan tersebut dengan kaisar Jepang saat itu.
Dalam sejarah pertahanan, Istana Tanabe terbilang memiliki catatan yang rumit dan penuh kejutan. Ketika Hosokawa Tadaoki sedang pergi berperang, dia menitipkan istananya yang berada di provinsi Tango kepada Hosokawa Yūsai dengan penjagaan 500 prajurit. Mendengar berita sepeninggalnya Hosokawa Tadaoki dan minimnya penjagaan di Istana Tanabe, pasukan pendukung Ishida Mitsunari yang dipimpin panglima tertinggi Onogi Shigekatsu, seorang penguasa Istana Fukuchiyama pun segera mengepung Istana Tanabe dengan pasukan yang jauh lebih banyak, yaitu lebih dari 15.000 prajurit. Bukan hanya banyaknya pasukan yang dikirimkan, Onogi Shigekatsu juga telah memilih prajurit yang memiliki catatan perang dengan baik seperti Koide Yoshimasa dan Koide Hidemasa (seorang bapak-anak), Akamatsu Hirohide, dan Tani Morimoto.
Dengan perbedaan kekuatan pertahanan yang sangat mencolok menjadikan Istana Tanabe kalah yang telak. Dan untuk menghindari rasa malunya karena telah gagal menjaga amanat, Hosokawa Yūsai mengambil cara untuk gugur secara terhormat daripada mati di tangan musuh.
Sebuah keajaiban terjadi pada diri Hosokawa Yūsai, sebelum aksi seppuku-nya dilakukan, Kaisar Goyōzei mengirim tiga utusan pribadinya yang bernama Nakanoin Michikatsu, Karasuma Mitsuhiro, dan Sanjūnishi Sanuki ke Istana Tanabe untuk membujuk Hosokawa Yūsai untuk tidak melakukan aksi bunuh diri dan menyetujui menyerahkan istananya kepada Onogi Shigekatsu. Mendengar penjelasan dan bujukan ketiga pesuruh kekaisaran tersebut, tepat pada tanggal 18 September 1600, Hosokawa Yūsai menyerahkan titipannya kepada Onogi Shigekatsu.
Keadaan berbalik dengan drastis setelah Onogi Shigekatsu mendengar kabar tentang terpojoknya pasukan pendukung Ishida Mitsunari di Sekigahara. Merasa terancam, Onogi Shigekatsu pun memilih untuk segera kembali ke istana utamanya, yaitu Istana Fukuchiyama. Meski Onogi Shigekatsu telah kembali ke istananya, bukan berarti keadaan telah membaik. Bahkan tidak lama kemudian Istana Fukuchiyama dikepung oleh pasukan Hosokawa Tadaoki yang telah kembali ke istananya dan menemui istananya dalam keadaan kalah. Dengan dibantu oleh Tani Morimoto yang membelot ke kubu Hosokawa Tadaoki, Onogi Shigekatsu kemudian menemui kekalahannya dan melakukan bunuh diri pada tanggal 18 November 1600.
Penghianatan dari Tani Morimoto yang kemudian mendukung pasukan Hosokawa Tadaoki adalah bukan tanpa sebab. Selain Tani Morimoto adalah murid dari Hosokawa Yūsai yang dikenal ahli dalam seni menulis Kadō[3], dalam mengambil dan melihat kesempatan, Tani Morimoto sangat logika. Selain kekuatan dan kekuasaan Tokugawa Ieyasu yang semakin besar, Tokugawa Ieyasu dan para pendukungnya terbilang lebih dekat dengan pihak kekaisaran ketimbang kubu Ishida Mitsunari sendiri.
Tentang Hosokawa Yūsai, ia adalah seorang seniman Kadō yang juga menjadi idola Kaisar Goyōzei. Itu sebab, setelah mendengar kabar dari Hachijōnomiya Toshihitoshinnō tentang turunnya warisan ilmu rahasia Kadō yang disebut Kokindenju kepadanya, Kaisar Goyōzei yang merasa takut akan kehilangan Hosokawa Yūsai mengeluarkan perintah kepada pihak Onogi Shigekatsu agar menghentikan penyerangan ke Istana Tanabe. Namun usaha itu sia-sia dan menjadikannya untuk menurunkan ketiga orang kepercayaannya untuk merayu Hosokawa Yūsai agar tetap hidup dan melanjutkan seninya meski telah kalah dalam medan pertempuran.
Dibalik kemenangan yang gemilang dari pihak Tokugawa Ieyasu, ternyata hal ini tidak menjadikannya Kyōgoku Takatsugu yang tidak sepihak dengan Tokugawa Ieyasu berhasil mempertahankan Istana Ōtsu. Dengan menyerahnya Kyōgoku Takatsugu, hukuman berupa pengasingan sebagai pendeta di kuil Onjōji, Gunung Kōya pun diterimanya.
4. Kyushu
Berbeda dengan wilayah-wilayah lainnya, Kyushu tampaknya menjadi ajang kemenangan mutlak di bawah kubu Tokugawa Ieyasu. Selain Katō Kiyomasa dan Nabeshima Naoshige, salah seorang tokoh yang memiliki semangat juang adalah Kuroda Josui.
Katō Kiyomasa dan Nabeshima Noshige pada awalnya tidak memihak kepada kubu siapapun dan mempertahankan sikap netral. Hal ini tentu sangat berbeda dengan Kuroda Josui yang berusaha keras membantu Tokugawa Ieyasu dalam membangun Jepang dengan tanpa ragu-ragu. Tidak terbatas semangatnya saja, Kuroda Josui pun diketahui telah menyumbangkan semua uang dan perbekalan yang disimpan di Istana Nakatsu untuk keperluan pertempurannya tersebut.
Di lain pihak, Ōtomo Yoshimune dengan dukungan dari Mōri Terumoto berencana untuk merebut kembali provinsi Bungo. Menginjak tanggal 9 September 1600, Ōtomo Yoshimune menjejakkan kaki di provinsi Bungo yang baru pertama kali dilakukannya sejak diasingkan. Dan dalam kesempatan ini, Ōtomo Yoshimune menantang pasukan Kuroda Josui untuk bertempur di Ishigakihara (sekarang kota Beppu) dengan mengumpulkan kembali bekas bawahannya. Tapi bagi Kuroda Josui, dengan aksinya yang proaktif tersebut menjadikannya cepat berhasil membentuk pasukan yang konon mencapai lebih dari 3.500 ronin[4].
Dengan adanya tantangan dari Ōtomo Yoshimune, maka pada tanggal 13 September 1600, keduanya pun terlibat bentrokan bersenjata. Akibat terbunuhnya jenderal dari pihaknya, Ōtomo Yoshimune akhirnya menyerah kepada kubu Kuroda Josui. Dan selang dua hari setelahnya, yaitu pada tanggal 15 September 1600, Ōtomo Yoshimune memutuskan untuk menjadi biksu setelah menyerahkan diri kepada pasukan yang dipimpin Mori Tomonobu yang bertempur untuk kubu pasukan Kuroda Josui. Dengan kemenangannya, pasukan Kuroda Josui pun emutuskan untuk terus menyerang dan secara berhasil menaklukkan istana yang terdapat di Kita Kyushu.
Katō Kiyomasa yang pada awalnya hendak memberikan bantuannya kepada Kuroda Josui, lantaran mendengar berita kemenangan dari pasukan Kuroda Josui itu sendiri, maka Katō Kiyomasa memutuskan untuk segera berbalik arah dan segera menyerang wilayah kekuasaan Konishi Yukinaga. Jauh sebelum Katō Kiyomasa mengirimkan bantuannya kepada Kuroda Josui, bersama Nabeshima Naoshige mengepung Istana Yanagawa dan berhasil memaksa menyerah Tachibana Muneshige yang sedang bertahan di dalam Istana Yanagawa setelah terlambat datang di pertempuran Sekigahara.
Setelah mengalahkan Ōtomo Yoshimune, pasukan gabungan yang dipimpin Kuroda Josui kemudian merencanakan untuk menyerang wilayah Shimazu Ryūhaku yang sedang menjaga wilayah milik Konishi Yukinaga yang juga di serang oleh Katō Kiyomasa. Melihat keberingasan pasukan Kuroda Josui, Shimazu Ryūhaku pun menjadi panik dan segera mengirim pasukannya untuk memperkuat Kyushu.
Peperangan diantara keduanya pada akhirnya pun dibatalkan. Tokugawa Ieyasu yang telah memenangkan Pertempuran Sekigahara kemudian menyatakan kemenangannya atas pasukan Ishida Mitsunari. Dengan adanya pengumuman kemenangan tersebut, menjadi perintah secara langsung untuk menghentikan segala bentuk peperangan dan menyatakan penyerahan kekuasaan langsung kepada Tokugawa Ieyasu. Kuroda Josui pun menghentikan niat untuk melakukan aksi pnyerangan ke Shimazu.
5. Ise
Dengan daerah kekuasaan mencapai 1.205.000 kokudaka, menjadikan Mōri Terumoto seorang yang dinilai paling berpengaruh. Itu sebab, salah satu istana pendukung Tokugawa Ieyasu yang berada di Ise seperti Istana Anotsu dan Istana Matsusaka pun menjadi sasarannya dalam perjalanan menuju Sekigahara. Dengan kekuatan yang dimiliki oleh Mōri Terumoto, seorang penguasa Istana Anotsu, Tomita Nobutaka pun akhirnya dapat dikalahkan dan memilih menyelamatkan hidupnya dengan menjadi biksu. Berbeda dengan Tomita Nobutaka, Furuta Shigekatsu, penguasa Istana Matsusaka lebih memilih bernogosiasi dengan menawarkan perjanjian damai. Aksi perdamaian tersebut menjadikan keuntungan bagi Furuta Shigekatsu yang tidak perlu menyerahkan istananya kepada Mōri Terumoto.
6. Kanto
Kejadian yang melibutkan pertentangan dalam kubu menjadikan catatan sejarah tersendiri bagi wilayah Kanto. Bagaimana tidak, ketika dua kubu saling bertempur memperebutkan kekuasaan tinggi pun menjadi bahan pertimbangan bagi keluarga Satake Yoshinobu.
Dalam menentukan sikap dukungannya, Satake Yoshinobu terbilang berat dan ragu-ragu dalam menentukan. Selain ditengahkan pada posisi keluarga dan sahabat, Satake Yoshinobu juga memikirkan tentang masa depan kekuasaannya. Pada dasarnya, Satake Yoshinobu berada di posisi pendukung Ishida Mitsunari, sedang ayahnya yang bernama Satake Yoshishie menyuruhnya untuk mendukung Tokugawa Ieyasu. Dukungannya terhadap Ishida Mitsunari serta merta bukan tanpa alasan. Hal ini tentu sangat berkaitan dengan hubungan status persahabatannya dengan Ishida Mitsunari. Terlebih lagi, pengikut Satake Yoshinobu seperti Tagaya Shigetsune, Yamakawa Asanobu, dan Sōma Yoshitane adalah pendukung setia Uesugi Kagekatsu yang juga bergabung dalam pasukan gabungan Ishida Mitsunari. Namun bagi sang ayah, Satake Yoshishie lebih melihat kemungkinan terbesar kemenangan dalam perebutan kekuasaan tersebut akan dimenangkan Tokugawa Ieyasu. Namun dengan berbagai pertimbangan, Satake Yoshinobu akhirnya lebih memilih sikap netral, yaitu meski sebagai pendukung Ishida Mitsunari, Satake Yoshinobu memilih untuk tidak mengirimkan pasukannya ke medan Sekigahara sebagai bukti setianya kepada ayahnya.
[1] Kelompok Samurai/satria perang.
[2] Ada pendapat lain yang menerangkan bahwa Date Masamune mengirimkan pasukannya kepada Mogami Yoshiaki karena Mogami Yoshiaki sendiri juga menyandera ibu Date Masamune di dalam Istana Yamagata.
[3] Sejenis waka, syair Jepang kuno sejak zaman Asuka dan zaman Nara (akhir abad ke-6 hingga abad ke-8).
[4] Bushi/Samurai tak bertuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar